Wah hebat benar…! Bapak P. Purba umur 71 tahun dan Bapak R. Sihombing umur 71 tahun sejak tahun 1962 sampai sekarang tetap memakai musik tiup alias trompet setiap hari Minggu. Trompet tersebut merupakan peninggalan Jerman di gereja HKBP Dolok Sanggul. Menurutnya, sejak Pdt. Kaiser missionaris Jerman melayani di Dolok Sanggul sekitar tahun 1940-an, sekembalinya ke negeri asalnya di Jerman pernah mengirimkan beberapa perangkat musik tiup ke HKBP ketika itu. Penyerahannya dilakukan di gereja HKBP Dolok Sanggul. Seperangkat musik tiup (trompet) juga diberikan kepada Sekolah Guru Huria (SGH) ketika itu dan gereja HKBP lainnya. Demikian penuturan P. Purba dan R. Sihombing yang turut menyaksikan pemberian trompet kala itu. Hingga saat ini trompet kiriman Pdt. Kaiser tersebut masih tetap dipergunakan di gereja HKBP Dolok Sanggul Distrik III Humbang. Salah satu jenis musik tiup tersebut adalah jenis Bas. Coba anda bayangkan sudah berapa tahun usia trompet tersebut.
Memang gereja-gereja yang masih tetap menggunakan trompet di kebaktian Minggu di HKBP dapat dihitung dengan jari. Yang saya tahu dan saya saksikan secara langsung adalah gereja HKBP Tampahan, HKBP Balige, HKBP Sipahutar dan HKBP Dolok Sanggul sendiri ( maaf tidak saya sebutkan yang lain karena belum saya lihat secara langsung). Barangkali masih ada! Memang harus diakui kebaktian Minggu yang menggunakan trompet ini menimbulkan suasana yang berbeda dengan kebaktian yang hanya memakai organ/piano. Terbukti ketika suara trompet mengiringi kebaktian Minggu 2 Nopember 2008 dalam acara pelantikan Pdt. Bonar H. Nababan, DPS menjadi Praeses HKBP Distrik III Humbang.
Disamping biaya besar untuk menyediakan alat musik ini warga jemaat juga tidak banyak yang berminat menggunakannya. Tetapi sekalipun demikian ada baiknya pihak gereja mempasilitasi dengan mengalokasikan dana untuk itu.
Bagi gereja yang tetap menggunakan trompet ini, kita berikan aplus kepada mereka, dan harapan kita tetap dipertahankan dan ditingkatkan secara maksimal. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah kaderisai dan rekrutmen bagi generasi muda untuk menggantikan yang sudah tua. Betulkah? (pjs)
Penulis : Pdt. Pahala J. Simanjuntak, MTh
2 komentar:
Saya juga ikut merasa salut sama bapak st.B.Purba dan R.Sihombing yang sudah tua tetapi beliau masih tetap setia mengabdikan diri/mamelehon diri yang kadang-kadang nafas sudah satu,dua,...tiga(memberikan contoh teladan bersama temannya yang lain)yang ikut berperan memainkan trompet yang dapat menambah gairah/semangat kebaktian.Tetapi contoh yang mereka berikan nampaknya tidak dapt diterjemahkan warga Jemaat di sana yang terutama barangkali parhaladonya,mengapa?Setahu saya musik tiup yang ada di Gereja HKBP Doloksanggul tinggal 1(satu)unit saja yaitu "TUBA"(Bass>ada photonya)karena trompet lain peninggalan Jerman sudah pada rusak semuanya karena dimakan usia dan tidak dapat lagi digunakan.Lantas alat tiup lain yang mereka gunakan dari mana?Alat tiup yang lain yang mereka gunakan setahu saya adalah milik pribadi masing-masing anggota bahkan kadang-kadang mereka harus pinjamkan dari orang lain demi untuk dipakai pada kebaktian hari Minggunya.Lalu apa yang yang harus dibanggakan.Rasanya tidak ada yang dibanggakan.Yang patut dibanggakan adalah para pemainnya saja yang walaupun hanya dengan 1(satu)unit Trompet saja yaitu TUBA BASS yang sudah tua kadang-kadang Fals karena sudah banyak kerusakannya(photo)namun mereka tetap berusaha memainkan Trompet di sana setiap minggunya dengan memakai alat tiup yang dipinjam dari orang lain ataupun alat pribadi masing-masing demi kemuliaan Tuhan.Apakah tidak ada perhatian Gereja HKBP Doloksanggul yang begitu besar thdp Musik Tiupnya yang sudah beberapa kali menjuarai Festival Sarune(trompet)se-HKBP yang membawakan nama baik Gereja tsbt?(terakhir pada thn 1986 pada jamannya bapak pdt JAU Doloksaribu sebagai Direktur Dep.Musik di HKBP).Barang kali itulah yang belum dapat diterjemahkan warga jemaat terutama Parhaladonya seperti yang saya katakan tadi di atas.Mengapa?Karena warga terutama Parhaladonya tidak tahu yang mana milik Gereja dan yang mana milik orang lain,atau tidak peduli sama sekali entah itu milik siapa?Yang penting bangga dengan adanya suara trompet bergema di dalam Gereja.Pada hal miliknya hanya 1(satu)saja.Atau mungkin masih menginginan bantuan yang kedua kalinya lagi dari Jerman tanpa ada usaha untuk memajukannya kembali.Pertanyaan,"Bagaimana kalau dibeli Gereja alat tiup yang baru tentu harganya mahal pak".Jawabannya....sadia mai molo nibandingkon tu pasu-pasu namarlobian najinalo ni angka ruas i,apalagi godang do angka ianakkon ni ruas i angka naung berhasil jala mamora.Sekarang tinggal bagaimana teknisnya,mungkin kemampuan itulah yang tidak dimiliki.Maaf saya bukan bermaksud untuk menggurui hanya karena rasa salut saya saja pada pemainnya...
Saya juga ikut merasa salut sama bapak st.B.Purba dan R.Sihombing yang sudah tua tetapi beliau masih tetap setia mengabdikan diri/mamelehon diri yang kadang-kadang nafas sudah satu,dua,...tiga(memberikan contoh teladan bersama temannya yang lain)yang ikut berperan memainkan trompet yang dapat menambah gairah/semangat kebaktian.Tetapi contoh yang mereka berikan nampaknya tidak dapt diterjemahkan warga Jemaat di sana yang terutama barangkali parhaladonya,mengapa?Setahu saya musik tiup yang ada di Gereja HKBP Doloksanggul tinggal 1(satu)unit saja yaitu "TUBA"(Bass>ada photonya)karena trompet lain peninggalan Jerman sudah pada rusak semuanya karena dimakan usia dan tidak dapat lagi digunakan.Lantas alat tiup lain yang mereka gunakan dari mana?Alat tiup yang lain yang mereka gunakan setahu saya adalah milik pribadi masing-masing anggota bahkan kadang-kadang mereka harus pinjamkan dari orang lain demi untuk dipakai pada kebaktian hari Minggunya.Lalu apa yang yang harus dibanggakan.Rasanya tidak ada yang dibanggakan.Yang patut dibanggakan adalah para pemainnya saja yang walaupun hanya dengan 1(satu)unit Trompet saja yaitu TUBA BASS yang sudah tua kadang-kadang Fals karena sudah banyak kerusakannya(photo)namun mereka tetap berusaha memainkan Trompet di sana setiap minggunya dengan memakai alat tiup yang dipinjam dari orang lain ataupun alat pribadi masing-masing demi kemuliaan Tuhan.Apakah tidak ada perhatian Gereja HKBP Doloksanggul yang begitu besar thdp Musik Tiupnya yang sudah beberapa kali menjuarai Festival Sarune(trompet)se-HKBP yang membawakan nama baik Gereja tsbt?(terakhir pada thn 1986 pada jamannya bapak pdt JAU Doloksaribu sebagai Direktur Dep.Musik di HKBP).Barang kali itulah yang belum dapat diterjemahkan warga jemaat terutama Parhaladonya seperti yang saya katakan tadi di atas.Mengapa?Karena warga terutama Parhaladonya tidak tahu yang mana milik Gereja dan yang mana milik orang lain,atau tidak peduli sama sekali entah itu milik siapa?Yang penting bangga dengan adanya suara trompet bergema di dalam Gereja.Pada hal miliknya hanya 1(satu)saja.Atau mungkin masih menginginan bantuan yang kedua kalinya lagi dari Jerman tanpa ada usaha untuk memajukannya kembali.Pertanyaan,"Bagaimana kalau dibeli Gereja alat tiup yang baru tentu harganya mahal pak".Jawabannya....sadia mai molo nibandingkon tu pasu-pasu namarlobian najinalo ni angka ruas i,apalagi godang do angka ianakkon ni ruas i angka naung berhasil jala mamora.Sekarang tinggal bagaimana teknisnya,mungkin kemampuan itulah yang tidak dimiliki.Maaf saya bukan bermaksud untuk menggurui hanya karena rasa salut saya saja pada pemainnya...
Posting Komentar