Kami menerima tulisan, artikel, laporan kegiatan dan saran-saran untuk dipublikasikan ke blog Pdt. Pahala J. Simanjuntak,MTh dengan mengirim e-mail ke: psh06simanjuntak@yahoo.com .

17 November 2010

SEMILOKA


Seminar dan Lokakarya HIV dan AIDS

UEM Anti AIDS Programme di Asia menyelenggarakan sebuah Seminar dan Lokakarya. Seminar dan Lokakarya kali ini memilih topik: HIV&AIDS: Penginjilan dalam kata dan Perbuatan. Kegiatan ini berlangsung 14-18 Nopember 2010 bertempat di Yakom PGI jl. Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat. Dr. Alphinus R. Kamboji sebagai Direktur dan Konsultan UEM Anti AIDS Asi mengundang seluruh gereja anggota UEM (HKI, HKBP, GKPI, GKPS, GKI, GKJW, GKJTU, GBKP, GKPB dan GKPA) untuk bersama-sama dalam Seminar Lokakarya ini. Artinya kegiatan ini mencoba menggumuli penginjilan dalam bentuk kata dan Perbuatan. Selanjutnya dengan menyadari bahwa infeksi HIV menyebabkan berbagai dampak dalam kehidupan di masyarakat dan keluarga. Gereja dapat merumuskan bentuk penginjilan konkrit kepada mereka. Hal itu meliputi, aspek ekonomi, kesehatan, social, budaya, spritual, psikologis dan politik. Gereja sebagai tubuh Kristus dipanggil oleh Allah untuk melaksanakan Misi dan Pelayanan baru bagi ODHA dan OHIDHA. Sudah saatnya Pelayanan gereja itu bukan hanya sekedar menobatkan mereka tetapi mengeluarkan dan menolong mereka. Akan tetapi merawat dan mendukung mereka dalam kata dan perbuatan kita. Sekalipun HIV/AIDS menyebabkan perdebatan teologis yang kontroversial dalam kehidupan, namun hal ini membawa kita untuk memahaminya secara lebih mendalam dan dengan refleksi/perspektif baru. Sungguh berbahaya bila kita hanya menggunakan pandangan teologi kita sebagai alat untuk melakukan penghakiman dan penghukuman tanpa melakukan sebuah aksi. Allah memberikan kuasa kepada kita untuk menggunakan potensi dan karunia yang ada dengan baik guna menyatakan kasih-Nya dalam seluruh kehidupan dan keberadaan kita. Demikian bebereapa kesimpulan yang dapat dipetik dari seluruh bahan ceremah yang dipaparkan nara sumber.
Seluruh peserta Semiloka Penginjilan di era AIDS ini memperoleh banyak manfaat melalui sajian-sajian penceramah baik dari prespektif Gereja Oikumenis, Kharismatik/Pentakosta termasuk prespektif Islam. Ternyata seluruh agama sepakat bahwa HIV/AIDS harus diperangi. Harus dipahami pula HIV/AIDS bukan kutukan Allah, tetapi harus ditanggungali. Tentunya lewat metode masing-masing. Perkunjungan ke lembaga dan sosial penanganan HIV/AIDS seperti yayasan Spritia, Bandung Wangi (Bantuan Dukungan Perkawanan dan saling melindungi), KIOS Informasi Kesehatan Atma Jaya,sebuah proyek Intervensi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Membuat peserta terpancing untuk mendirikan pelayan gereja berbasis kepedulian. Di samping itu peserta juga mengadakan perkunjungan ke Rumah Sakit Cikini. Perkunjungan ini dijadikan sebagai bahan untuk lokakarya yang disajikan sebagai bahan diskusi kelompok dan selanjutnya menjadi bahan Lokakarya. Semua bahan seminar dan bahan lokakarya ini sebagai dokumen berharga untuk melakukan penginjilan di era AIDS.

Baca Selengkapnya.....

12 November 2010

Penelitian

LOKAKARYA PENELITIAN DOSEN

Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Tarutung mengadakan sebuah acara yang sangat penting bagi peningkatan kinerja para Dosen. Kegiatan ini adalah Lokaraya Penelitian Dosen. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Inna Parapat 9-12 Nopember 2010. Peserta terdiri dari dosen-dosen sekolah Tinggi Agama Kristen dan Teologi di Sumatera Utara. Di antara para peserta adalah STT-HKBP P.Siantar, Sekolah Pendeta HKBP, SGH HKBP, STT GMI, STT William Carey, STT Apostolos dan STAKPN Tarutung sendiri. Dengan memilih Tema Lokakarya dari Amsal 1:7, Pdt. Pahala Jannen Simanjuntak, MTh salah satu peserta dalam khotbah acara pembukaan mengingatkan agar setiap penelitian dilakukan dengan jujur. Kejujuran merupakan buah dari Hikmat dan Takut akan Tuhan sebagai permulaan pengetahuan. Drs. Hulman Sihombing, MTh mengharapkan melalui kegiatan ini seluruh peserta dapat meningkatkan kualitas pengajarannya di sekolah dimana dia bekerja. Peningkatan pelayanan itu tentu dilakukan melalui penelitian di lapangan dan penelitian Literer. Dengan menggunakan penelitian Kuantitatif dan Kualitatif para dosen akan menemukan hal-hal yang baru dalam penerapan ilmu yang dimiliki. Selanjutnya akan disampaikan kepada para mahasiswa di ruang kuliah. Dalam Lokakarya penelitian ini Panitia mengundang nara sumber yang berkompeten di bidang masing-masing. Para narasumber adalah. Pdt. Dr. Darwin Lumban Tobing, Prof.Dr Belfrid Manullang, Pdt. Dr. J. Saragi, Phd, J. br. Tarigan, Phd dan Prof Dr. Maulana Purba,. Phd. Seluruh peserta mendapat ilmu yang danhgat bermutu dalam lokakarya ini.
Menurut Panitia kegiatan ini akan diadakan sekali setahun guna meningkatkan kualitas dosen di Perguruan Tinggi Teologi milik gereja sekaligus menjalin kerjasama STAKPN dengan perguruan Tingggi lainnya di Sumatera Utara.

Baca Selengkapnya.....

HIV/AIDS

KONSULTASI NASIONAL GEREJA DAN HIV/AIDS

Liputan dr. Badaria M. Lumban Gaol, M.Kes
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengadakan Konsultasi Nasional (KONAS) Gereja dan HIV/AIDS. Bertempat di Hotel Sutan Raja, Manado Sulawesi Utara. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 21-26 September 2010. Tema: Tuhan itu Baik Kepada Semua orang. Sub Tema: Bersama bergandengan tangan, Kita tingkatkan kualitas pelayanan Pencegahan dan penanggulangan HIV&AIDS di Indonesia. Konsultasi Nasional ini dihadiri oleh Menko Kesra RI Agung Laksono selaku Ketua KPA Nasional. Gubernur Sulawesi Utara Drs. Sinyo H. Sarundajang, Ketua PGI Pdt. Dr. Andreas Yewangoe dan Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, MTh bebarapa penceramah dan undangan dari gereja-gereja di Sulawesi Utara dan Pemerintah Propinsi serta anggota PGI sendiri. HKBP mengutus Komite HIV/AIDS HKBP mengikuti kegiatan tersebut terdiri dari dr. Basaria M. Lumban Gaol, M.Kes, Diak. Nurhayati Silalahi, Edwin Tamba Hutagaol dan Tio Pardede.
PGI melihat lebih dari 40 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV dan AIDS. Di Asia, penyebaran HIV tertinggi di kalangan anak muda, pekeja seks dan pengguna narkoba dengan jarum suntik. Beberapa faktor penyebabnya antara lain karena berganti-ganti pasangan seksual terutama di kalangana anak muda, mobilitas penduduk yang tinggi dari desa ke kota, buruh migrant, kemiskinan, pendidikan rendah dan ketidakpedulian. Dukungan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan mereka dari sumber-sumber daya dan dana serta SDM yang terbatas merupakan masalah lain yang sulit dihindari. Tugas tersulit adalah menjangkau kelompok berperilaku beresiko tinggi dan tantangan terbesarnya adalah mencari cara untuk mengurangi infeksi baru, menyediakan layanan, konseling, perawatan dan pengobatan untuk orang yang hidup dengan HIV dan AIDS. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah meningkatnya jumlah anak-anak yang hidup dengan HIV terkait dengan penularan HIV dari suami ke isteri, dan peningkatan kasus dari waktu ke waktu terutama pada kaum miskin di tahun-tahun yang akan datang.
Sudah waktunya bagi gereja memperlengkapi diri dan meningkatkan kualitas ketrampilan untuk menjangkau kaum muda dan anggota gereja lainnya dengan menggunakan media dan sarana pembelajaran yang dimiliki gereja. Intinya adalah bagaimana mengarusutamakan topik/issue HIV dan AIDS. Kesehatan Reproduksi dan Narkoba serta aspek terkait dengannya kedalam program-program gereja, mulai dari Tingkat Sinodal sampai pada kegiatan di kelompok kategorial jemaat. Itulah sebabnya dalam sepuluh tahun terakhir ini PGI telah melaksanakan 4 kali Konsultasi Nasional Gereja dan AIDS (Surabaya 2004, Ambarawa 2006, Samosir 2008, Manado 2010). Pada Konsultasi Nasional gereja dan AIDS tahun 2008 di Samosir, Sumatera Utara telah membahas tema “Siap untuk bertindak”, yang merupakan pernyataan kesiapan Gereja-gereja Anggota PGI untuk berbuat sesuatu. Pertanyaannya adalah, sudahkan peserta yang merupakan representative gereja telah mulai melaksanakan komitmen Samosir sekecil dan sebesra kemampuan masing-masing. Oleh sebab itu kebijakan Nasional Penanggulangan AIDS di Indonesia yang dirumuskan dan dijalankan KPA menekankan pada penjangkauan kelompok populasi kunci agar upaya pemutusan mata rantai penularan cepat diatasi. Pada sisi lain, gereja sebagai civil society harus mengambil peran dalam upaya pencegahan dengan mengarahkan jangkauan intervensinya kepada kelompok masyarakat umum terutama kaum muda, tanpa mengabaikan upaya penanggulangan HIV&AIDS, melakukan kegiatan dukungan, perawatan dan pengobatan bagi ODHA dan OHIDHA. Pembahasan tentang tanggungjawab gereja, masalah HAM, issue gender, draft rumusan kebijakan PGI tentang HIV dan AIDS telah dihasilkan, termasuk pokok-pokok belajar telah digelar untuk memperkaya gereja dengan wawasan yang lebih kemprehensip
Melalui Konsultasi ini gereja diharapkan dapat memperdalam pemahaman teologis dan spiritualitas tentang HIV dan AIDS, serta refleksinya dalam pelayanan Pastoral Gereja serta forum/media pendidikan yang dimiliki gereja saat ini. Selanjutnya sangat dibutuhkan dari gereja untuk memahami lebih jauh tantangan epidemi dan informasi terkini tentang HIV/AID dalam konteks Indonesia dan global sehingga Gereja dapat mengambil peran lebih strategis dalam pencegahan dan penanggulangannya. Demikian diungkapkan Dr. Alphinus Kamboji berpesan kepada peserta dalam acara penutupan semiloka ini.

Baca Selengkapnya.....

Mahasiswa Sekolah Pendeta HKBP hadiri Jubileum 100 tahun dan Mangompoi HKBP Sirisirisi

Pada hari Minggu 10 Oktober 2010 rombongan mahasiswa sekolah Pendeta HKBP Seminarium Sipoholon berkenan hadir pada acara Pesta Jubileum 100 tahun dan peresmian gereja (Mangompoi) HKBP Sirisirisi Distrik III Humbang. Kehadiran rombongan Sekolah Pendeta di acara bersejarah ini sesuai dengan undangan resmi yang disampaikan panitia melalui Pdt. Haposan Sianturi, Pendeta HKBP Ressort Sirisirisi. Sekaligus mengingat salah seorang dari mahasiswa Sekolah Pendeta pernah melayani di HKBP Sirisirisi yakni Gr. Wandi T.M. Purba. Setibanya undangan ini ditangan mahasiswa, Ketua Senat yakni Gr. Onna J. Silaban mengkordinasikan kepada seluruh mahasiswa untuk berangkat mengikuti acara ini. Turut mendampingi rombongan mahasiswa Direktur dan bapak/ibu dosen. Pada acara kebaktian mahasiswa mengumandangkan koor puji-pujian sebagai ungkapan syukur dan terimakasih atas pelaksanaan Pesta Jubileum 100 tahun dan mangompoi gereja ini.
Ibadah Minggu yang dipimpin oleh ompui Ephorus HKBP dan Liturgis oleh Pdt. B. Nababan, DPS Praeses HKBP Distrik III Humbang berjalan dengan baik dan penuh hikmat. Khotbah yang disampaikan Ompui Ephorus dari Kejadian 30:31-43 sangat mengena bagi warga jemaat terutama bagi mahasiswa sekolah Pendeta.
Kehadiran mahasiswa Sekolah Pendeta HKBP di acara ini membawa kesan dan pelajaran berharga untuk dapat diterapkan nantinya setelah tamat dari Sekolah Pendeta. Mereka menilai pelaksanaan pesta ini cukup baik dan sukses. Mulai dari acara kebaktian, kata-kata sambutan, acara makan dan acara manortor. “Acaranya cukup bagus”, demikian disampaikan Gr. Amir Siregar setelah acara kebaktian selesai. Baik panitia, Parhalado dan seluruh warga jemaat ikut ambil bagian secara bersama-sama dalam setiap kegiatan. Keterlibatan remaja dan NHKBP misalnya terlihat ketika melayani para tamu yang datang serta menunjukkan tempat duduk yang disediakan Panitia. Hal lain misalnya ikut membantu Panitia dalam menawarkan lelang kepada undangan. Demikian juga anak-anak sekolah Minggu tidak ketinggalan mempersembahkan tortor dan tari-tarian ketika menyambut rombongan Ephorus HKBP pada acara prosesi memasuki gedung gereja. Semuanya itu bisa terjadi karena adanya kerjasama Panitia dan Parhalado yang dikoordinir oleh Pendeta yang bertugas di tempat ini.
Yang tidak kalah pentingnya bagi mahasiswa adalah mempelajari sejarah kehadiran injil dan perkembangan kekristenan di Sirisirisi seratus tahun yang lalu. Kehadiran injil di daerah ini dihitung sejak 2 Oktober 1990. Pada saat itulah pertama sekali diadakan pembaptisan bagi jemaat HKBP Sirisirisi. Beberapa orang batak ketika itu yang masuk menjadi Kristen antara lain: Raja Abraham Purba, Raja Usia Simamora dan Raja Manase Purba. Dan Sintua yang pertama melayani di gereja sejak berdirinya HKBP Sirisirisi adalah Gr. Martin Sitompul dan dibantu oleh Guru Hermanus debataraja, St. Jakob Hasiubuan dan Raja Benjamin Debataraja. Kemudian di tahun 1911 jumlah jemaat yang dibaptis bertambah menjadi 47 orang. Pdt. Tuan Stingel dikenal sebagai pendeta yang melayani di jemaat ini. Kemudian digantikan dengan Pdt. W. Muller. Sedangkan Pendeta pertama dari kalangan Batak ialah Pdt. Wilhem Sitompul. Bersama dengan Guru Japet Simorangkir, Pdt. Wilhem Sitompul memulai berbagai pelayanan di bidang kerohanian dan pertanian. Sejarah dan perkembangan kekristenan ini dituliskan dalam sebuah buku 100 Tahun HKBP Sirisirisi yang disusun oleh Panitia.
Usai makan bersama dengan para undangan dan tamu, rombongan sekolah Pendeta pamit dari Panitia untuk meninggalkan HKBP Sirisirisi dan kembali ke Seminarium Sipoholon. Seluruh mahasiswa yang ikut dalam acara ini memberi evaluasi sekitar pelaksanaan pesta yang berlangsung selama dua hari itu. Selanjutnya hasil pengamatan mereka akan dituliskan menjadi bahan diskusi di ruang kuliah. Demikianlah yang dilakukan mahasiswa sekolah Pendeta ketika mengadakan kunjungan dan penjemaatan ke sebuah gereja yang diadakan sekali dalam sebulan. Semuanya itu akan bermanfaat dalam pembekalan yang mereka terima selama pendidikan.

Baca Selengkapnya.....