Khotbah Minggu IV Trinitatis, 5 Juli 2009
Pdt. Pahala J. Simanjuntak
Satu di dalam Kristus
1 Korintus 12:12-27
Sudah barang tentu bahwa kesatuan di dalam kepelbagaian/keanekaragaman sangat kita perlukan. Tidak sepantasnyalah kepelbagaian itu dijadikan sebagai alat untuk membeda-bedakan kita dengan yang lain. Apalagi menjurus kepada perpecahan, sebab akibatnya sangat berbahaya. Kita harus menganggap kepelbagaian itu menjadi kekayaan di dalam persekutuan. Benarkah demikian? Itulah yang seharusnya terjadi. Allah telah mengaruniakan kita dengan latar belakang yang berbeda-beda, warna kulit yang berbeda, suku yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda, status yang berbeda, dan lain-lain. Itu pertanda bahwa Allah-lah sumber kepelbagaian itu. Allah menciptakan keanekaragaman di tengah-tengah dunia ini untuk memperkaya mahluk ciptaan-Nya.
Demikianlah halnya dengan gereja sebagai Tubuh Kristus. Orang-orang yang hidup di dalamnya harus memelihara perbedaan-perbedaan untuk menciptakan persekutuan yang harmonis, sejuk, aman serta syalom. Kita menyaksikan keanekaragaman di dalam gereja, tetapi kita menjadi satu karena darah Kristus telah mempersatukan kita (Fil 2:2). Kristus telah berkorban dan menyerahkan diri-Nya untuk semua orang supaya beroleh keselamatan. Kehidupan di dunia dan kehidupan di sorga kelak. Dialah pemersatu di antara semua perbedaan itu. Itulah yang akan menjadi contoh dan teladan bagi kita.
Janganlah seperti jemaat yang digambarkan Paulus dalam khotbah hari ini. Rasul Paulus menggambarkan jemaat Korintus dan orang-orang yang tinggal di dalamnya tidak mampu memelihara perbedaan sehingga berakibat kepada konflik dan perseteruan. Maklum kota Korintus yang sarat dengan berbagai perbedaan baik, suku, ras, golongan dan agama, pokoknya serba majemuk. Masing-masing orang hidup dengan kepentingannya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Rasa persaudaraan, solidaritas, saling mengasihi sudah tidak ada lagi. Malah menjadikan perbedaan itu sebagai ajang kompetisi untuk meraih sakses tanpa memperhatikan etika dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Jemaat sebagai tubuh Kristus harus mengutamakan kebersamaan, saling peduli, murah hati dan hidup bertolong-tolongan (Gal 6:2). Betapa indahnya hidup seperti itu dan hidup demikianlah yang dikehendaki Allah.
Memang tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tentu harus dibarengi dengan pengorbanan, mau mengalah dan terutama hidup dengan firman Tuhan.
Bagi HKBP, Minggu 5 Juli 2009 merupakan minggu peringatan kemandirian HKBP, Parolopolopon HKBP manjujung baringinna. Kemandirian HKBP didukung oleh kesatuan di antara warga jemaat untuk memberi dukungan berupa daya dan dana. Jemaat HKBP hendaknya menciptakan kesatuan sekalipun jemaatnya memiliki perbedaan. Jemaat yang terdiri dari jutaan umat dan mayoritas suku Batak harus mengutamakan kesatuan. Sehingga konflik tidak terulang lagi. Sejarah membuktikan bahwa ketika gereja bertikai jemaat akan mengalami kehancuran, terpecah-pecah.
Oleh sebab itu baik Parhalado maupun warga jemaat harus selalu memelihara persatuan dan kesatuan sebagai Tubuh Kristus. Sama-sama menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif. Jemaat di kota harus memperhatikan jemaat di desa. Pelayan di kota harus dapat membantu para pelayan di desa. Pelayan mangurupi pelayan (PMP).
Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Barsatu kita teguh bercerai kita runtuh. Gereja sebagai tubuh Kristus. Hidup HKBP Tuhan Yesus memberkati. Amin
04 Juli 2009
Khotbah Minggu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar