Kami menerima tulisan, artikel, laporan kegiatan dan saran-saran untuk dipublikasikan ke blog Pdt. Pahala J. Simanjuntak,MTh dengan mengirim e-mail ke: psh06simanjuntak@yahoo.com .

21 Mei 2008

Seminar Akademis : The origins of Early Christianity and its Scriptures

Seminar akademis

Pengantar:
Dua orang utusan HKBP mewakili dosen Biblika mengikuti seminar akademis The origins of Early Christianity and its Scriptures. Kedua utusan itu adalah Pdt. Pahala J. Simanjuntak, MTh (Sekolah Pendeta Sem-Sipoholon HKBP) dan Pdt. Benny Sinaga, MTh (STT-HKBP P. Siantar). Seminar ini berlangsung pada tanggal 17-19 Mei 2008 bertempat di Ruang Auditorium-Menara Kebon Sirih Lt Basement 2, Jln Kebon Sirih 17-19 Jakarta pusat. Pembicara adalah Prof Ben Witherington III, Ph.D. Kegiatan ini diikuti oleh 300 orang terdiri dari Dosen dan Mahasiswa, kaum awam dan para teolog dari seluruh Perguruan Teologi Indonesia. Seminar ini disponsori oleh Yayasan Sola Scriptura, Perkantas, Persetia dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Berikut kesimpulan yang kami peroleh melalui seminar tingkat Nasional ini:

  1. Beberapa waktu terakhir ini muncul publikasi yang menyerang kekristenan, khususnya yang terkait dengan pribadi Yesus Kristus. Misalnya the Da Vinci Code (2002), Holy Blood Holy Grail (1982), Jesus paper, Jesus Dynasty, Misquoting Jesus, Kala Yesus menjadi Tuhan, Selamatkan Yesus dari orang Kristen, dan sebagainya. Ada juga film dokumenter tentang kubur Yesus yang hilang dan diduga ditemukan, konon pernah disiarkan di Discovery Channel di USA . Dengan munculnya buku-buku yang menyerang kekristenan itu maka persoalan kanonisasi Alkitab menjadi bahan percakapan di kalangan gereja dan umat Kristiani. Kanonisasi Alkitab ialah pengakuan buku-buku yang layak dimasukkan dalam Alkitab, yakni sungguh diilhami oleh Allah, dan pengesahannya sebagai kumpulan tulisan suci yaitu Firman Allah dalam bahasa manusia, karena di dalamnya dimuat Sabda Allah yang tertulis.
  2. Manurut Ben Witherington III, sejak awal, gereja sudah mempunyai Kitab Suci yang dibaca juga oleh umat Yahudi sebagai firman Tuhan. Namun, kitab-kitab yang secara teologis dilihat sebagai Perjanjian Lama tidak membatasi gereja mengkaji kitab-kitab lain yang ditulis kemudian setelah kenaikan Yesus. Dengan kata lain, Perjanjian Lama lambat laun dilengkapi dengan tulisan-tulisan dari era Perjanjian Baru Apa dasar untuk pertumbuhan kanon yang berkelanjutaan ini? Terutama Yesus sendiri. Secara prinsipil terjadi perubahan radikal dalam pemahaman umat Kristen mula-mula terhadap teks-teks suci itu. Seperti keyakinan yang diungkapkan Paulus, perjanjian lama yang dibaca oleh umat Yahudi tetap terselubung. Karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya (2 Kor 3:14-16). Kristuslah yang memberi makna baru terhadap teks-teks suci itu. Dalam khotbah di Bukit (Mat 5-7), misalnya, walaupun teks-teks Perjanjian Lama dikutip berulang kali, kata-kata Yesus yang otoritatif menentukan interpretasinya.
  3. Kita perlu memahami bahwa dokumen-dokumen dalam Perjanjian Baru-termasuk Injil, Kitab Kisah Para Rasul, dan surat-surat Paulus-adalah sumber paling awal dan paling baik untuk memahami karakter Yesus dan kebangkitan Kekristenan. Teks-teks ini bukanlah karya sejarah revisionis buah tangan generasi kemudian yang tidak menjadi saksi mata atas semua peristiwa tersebut, juga tidak ditulis sebagai respon terhadap sebentuk Kekristenan yang hilang yang muncul lebih awal, sehingga orang dapat mengklaim bahwa sejarah Kekristenan perdana ditulis oleh para pemenang.
  4. Mengapa gerangan akhir-akhir ini kita mendengar begitu banyak hal baru seputar Yesus dan para pengikut perdana-Nya? Apakah karena seseorang tanpa sengaja menemukan tambang pengetahuan yang memunculkan berbagai informasi batu seputar Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama? Apakah karena para arkeolog berhasil mengungkapkan dokumen-dokumen yang keberadaannya tidak kita ketahui sebelumnya. Para pembaca harus berhati-hati dengan berbagai klaim baru yang mengejutkan seputar Yesus dan para pengikutnya, yang bahwa hanya didasari sedikit bukti. Beberapa orang menyatakan bahwa penipuan paling besar justru terjadi di kalangan yang lebih ortodoks. Mereka mengklaim bahwa kita telah dimanipulasi sehingga percaya bahwa Kekristenan mula-mula pada hakikatnya lebih seragam daripada yang sebenarnya. Berdasarkan ajaran-ajaran rahasia yang menunjukkan Yesus lebih dekat dengan penganut ajaran Gnostik ketimbang orang bijak Yahudi. Padahal ajaran Yahudi lebih dulu ada dibanding Gnostik. Mereka meyakini bahwa sedikitnya ada satu komunitas pengikut Yesus yang hanya merenungkan perkataan Yesus (mengabaikan peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya).
  5. Mungkin rangkaian pertanyaan yang lebih tepat adalah: Kenapa kita cenderung mendengarkan klaim sensasional tentang Yesus dan para pengikut perdana-Nya, bahkan ketika ada-atau hanya ada sedikit-bukti kuat pendukungnya? Terutama dalam hal asal usulan Kekristenan? Mengapa novel menarik berdasarkan penelitian asal-asalan seperti Da Vinci Code, yang mengklaim telah menyingkapkan kebenaran baru yang mengejutkan seputar Yesus dan kehidupan-Nya, mampu menciptakan sensasi menghebohkan dalam budaya kita? Sebaliknya, dokumen paling awal yang kita miliki justru ditulis oleh anggota sebuah sekte minoritas kecil, yang secara ideologis terkait erat dan mempunyai jaringan sosial yang baik di antara berbagai komunitasnya di ujung timur wilayah Kekristenan Romawi. Dalam perjuangan religiusnya sekte ini terutama harus bertarung nelawan budaya penyembah barhala yang dominan dan agama induknya, Yudaisme, agar bisa bertahan hidup. Kondisi ini sama sekali berbeda dengan anggapan bahwa, pada abad pertama Masehi, gerakan ini lebih banyak terlibat dalam perseteruan internal. Tidak ada bukti kuat bahwa orang Kristen perdana harus bertarung mati-matian melawan bentuk Kekristenan lain yang sama-sama berasal dari peristiwa Kristus.

Penutup:
Prof. Ben Withenrington III, Ph.D: Adalah seorang pakar studi Biblika yang terlibat langsung dengan naskah-naskah kuno dan temuan-temuan arkeologis dalam lingkup Perjanjian Baru. Professor Interpretasi Perjanjian Baru, Asbury Theological Seminary, Wilmore , Kentucky , Amerika Serikat. Mantan pengajar bidang-bidang studi Perjanjian Baru di Ashland Theological Seminary, VandedrbitUniversity , DukeDivinitySchool dan Gordon-Conwell Theological Seminary. M.Div dari Gordon-Conwell Theological Seminary, AS dan Ph.DdariUniversity of Durham , Inggris. Seorang pakar Alkitab (Bible Scholar) terpandang di dunia, dan anggota terpilih dari Society of New Testament studies (SNTS), lembaga terkemuka dalam bidang studi Perjanjian Baru. Pembicara seminar di banyak gereja, kampus dan komunitas Kristen di Amerika Serikat, Inggris , Estonia , Rusia, Eropa, Afrika selatan, Zimbabwe dan Australia . Penulis buku Apa yang telah mereka lakukan pada Yesus (What Have They Done with Jesus) Menjawab Da Vinci Code (The Gospel Code), dan 30 buku lain. Prof Ben Witherington juga sebagai nara sumber untuk berbagai jaringan radio dan TV (History Channel, NBC, ABC, CBS, CNN, The Discovery Chasnnel, A&E, the Pax Network. Prof. Ben Witherington III, Ph.D adalah salah satu mahasoiswa terbaik Prof. Dr , C.K. Barret, Ph.D.

seminar_akademis.jpg

Pdt._Pahala_Jannen_Simanjuntak.jpg

Penulis : Pdt. Pahala J. Simanjuntak, MTh

(Direkktur Sekolah Pendeta HKBP)

Tidak ada komentar: